Pelacur Lansia Kini Populer di Jepang

 Ada-ada saja, kini kehidupan seksual manusia di Jepang semakin aneh dan membingungkan. Di Negeri Sakura ini sebuah profesi pelacuran makin membuat muka kita mengkerut keheranan. Disebut-sebut profesi WTS lanjut usia sedang marak dan populer. Dalam semalam, profesi ini menghasilkan 14500 Yen sekali bekerja.
Jepang sendiri dikenal dengan industri seksnya yang terkenal. Beberapa kali polling menempatkan Jepang dalam tempat tiga teratas sebagai penghasil film porno di dunia. Maka tidak heran jika dalam kondisi moral yang memprihatinkan dapat ditemukan penyimpangan-penyimpangan semacam ini. Wanita yang telah mengalami menopause masih ada saja yang laris diperjual belikan kehormatannya.

Tidak sedikit pria hidung belang di Jepang yang memesan wanita-wanita seumuran ibunya untuk memuaskan hasrat hewaniah mereka. Dalam sekali kerja, nenek-nenek pekerja komersial ini mendapat upah 14500 Yen, atau sekitar lebih dari 1,5 juta rupiah. Sedangkan para mucikari yang mengatur pekerjaan para pelacur ini bisa mendapatkan empat juta yen sebulan, atau hampir setengah miliar rupiah.

Dalam dunia akademis barat, seseorang (lebih diasosiasikan pada pria) yang menyukai  lawan jenis berusia lanjut merupakan kelainan. Kecintaan jenis ini biasa disebut dengan gerontophilia. Bukan tidak mungkin jika kegiatan semacam ini semakin marak di tengah kebebasan seks dalam kehidupan jahiliyah. Kecenderungan maniak seks yang ingin mencari fantasi baru telah membuat banyak pezina mencari sensasi-sensasi yang lain (seperti sesama jenis atau dengan binatang), mungkin karena bercinta dengan wanita yang “wajar” telah dianggap membosankan.[sksd/tribun]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pelacur Lansia Kini Populer di Jepang"

Post a Comment