AntiLiberalNews - Hadirnya ilmuwan Islam perempuan seperti Mariam al-Astrulabi seakan menjadi bukti bahwa Allah tidak pernah membatasi hamba-Nya untuk mencari, mempelajari maupun mengkaji ilmu pengetahuan, terlebih bagi perempuan.
Mariam al-Astrulabi, ia mempunyai nama lengkap Mariam al-Ijliya al-Astrulabi. Ayahnya merupakan pembuat Astrolabe terkenal, yaitu sebuah perangkat rumit untuk navigasi darat dan penunjuk waktu. Tidak dapat dipastikan kapan Mariam al-Astrulabi lahir, hanya saja ia diperkirakan sudah ada pada abad ke-10 atau sekitar tahun 944 M.
Antara Astronomi dan Astrolab
Dalam sejarah astronomi, astronomi Islam atau astronomi Arab mengacu pada perkembangan astronomi yang dibuat di dunia Islam, khususnya selama Masa Keemasan Islam (antara 8-15 abad), dan sebagian besar ditulis dalam bahasa Arab. Perkembangan ini sebagian besar terjadi di Timur Tengah, Asia Tengah, Al-Andalus, Afrika Utara, di Timur Jauh dan di India. Astronomi Islam kemudian memiliki pengaruh yang signifikan pada astronomi India, Bizantium dan Eropa (lihat terjemahan Latin dari abad ke-12) serta astronomi Cina dan astronomi Mali.
Hal ini juga sejalan dengan penemuan astrolabe dalam dunia Islam, dimana astrolab diperkenalkan pertama kali ke dunia Islam sekitar pertengahan abad kedelapan. Astrolabe sepenuhnya dikembangkan selama abad-abad awal Islam.
Risalah Arab dalam astrolab diterbitkan pada abad kesembilan dan menunjukkan kedekatan yang lama dengan instrumen (instrumen tertua Arab yang ada dari abad kesepuluh, dan ada hampir 40 instrumen dari abad 11 dan 12).
Astrolab merupakan penemuan yang dihargai dalam Islam, karena kemampuannya untuk menentukan waktu shalat didefinisikan astronomis dan ia juga dipakai sebagai bantuan dalam menemukan arah ke Mekkah (penentuan kiblat). Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa astrologi adalah elemen sangat tertanam dalam budaya Islam awal dan astrologi adalah salah satu prinsip dari penggunaan astrolabe.
Ada sejumlah perbedaan gaya yang menarik antara astrolab dari daerah timur Islam (yang Mashriq), Afrika Utara (Magribi) dan Moor Spanyol (Andalusia). Astrolab itu juga digunakan dalam Mughal India pada gaya agak kurang rumit. Seperti contohnya, astrolab Persia yang sangat kompleks.
Al-Astrulabi dengan Astrolab
Semasa hidupnya, Mariam al-Astrulabi juga menjadi murid ayahnya. Ia bekerja membangun astrolab di sebuah daerah bernama Aleppo, Suriah utara. Al-Dawlah, penguasa yang bertanggung jawab memimpin negeri tersebut dari tahun 944 M sampai 967 M, mempekerjakannya pada saat itu.
Mariam al-Astrulabi membuat astrolab dengan kompleks, ia membuatnya seperti GPS. Dengan alat tersebut, kita dapat menentukan arah kiblat yang benar, membantu dalam navigasi, ketepatan waktu dan astronomi. Eropa menggunakan astrolab ini sampai abad 18. Dengan astrolab, Eropa terbantu dalam penemuan geografis di renaisans tersebut.
Mariam al-Astrulabi merupakan kasus langka, tidak banyak literatur yang menceritakan tentangnya, selain itu tidak banyak pula seorang wanita yang bekerja di bidang ilmu pengetahuan saat awal peradaban muslim dan kisahnya merupakan teladan bagi muslimah untuk terus selalu mencari, mempelajari dan mengkaji ilmu pengetahuan serta mempraktekannya.
Sumber: This Is Gender
0 Response to "Mariam al-Astrulabi, Sang Astrolab Muslimah"
Post a Comment