Dalam benak sebagian kalangan, untuk menemui pejabat, apalagi setingkat gubernur tidaklah mudah. Tapi berbekal pengalaman dan sedikit mengetahui kebiasaan pejabat yang akan ditemui, niscaya akan banyak membantu. Hari itu, pertengahan Januari 2009, untuk keperluan wawancara, saya dan seorang rekan fotografer, dari Bogor meluncur ke Bandung.
Setelah memastikan orang nomor satu Jawa barat itu ada di rumah dinasnya, kami langsung menuju Jalan Otto Iskandardinata No.1 Bandung. Tiba di area parkir gedung yang dibangun pada tahun 1864 itu, jarum jam menunjukkan pk 14.50 menit. Tak lama lagi adzan Asar mengumandang. Sambil istirahat di ruang tamu yang sudah disediakan, kami menanti waktu Asar. Di sinilah pentingnya pengalaman dan pengetahuan tentang kebiasaan seorang pejabat.
Dari orang-orang terdekatnya kami mendapatkan informasi, untuk menemui Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, sebenarnya sangat mudah. Tinggal datang jelang waktu shalat dan pastikan Anda mendapatkan barisan pertama. Jika Sang Gubernur ada di tempat, niscaya ia yang akan menjadi imam shalat berjamaah. Setelah itu, Anda langsung bisa bertemu, bicara empat mata dan mengutarakan maksud: tanpa janjian, tanpa protokoler dan tanpa harus izin aparat. Jurus itulah yang kami gunakan sore itu. Dan, mempan.
Asar sore itu, Sang Gubernur yang menjadi imam. Saya dari awal sengaja mengambil posisi persis di shaf pertama di belakang imam. Dengan demikian, selesai shalat, Sang Gubernur tidak bisa ke mana-mana, langsung saya cegat! Sedikit basa basi memperkenalkan diri, saya langsung mengutarakan maksud: wawancara.
Dan, sore itu, lebih dari dua jam, saya berkesempatan bukan hanya wawancara tapi ngobrol dengan Sang Gubernur. Banyak hal yang kami perbincangkan, tentang Jawa Barat di antaranya. Saya masih ada catatan, ada tujuh keberpihakan yang akan ia perjuangkan untuk kepentingan masyarakat. Pertama, bidang pendidikan. Kedua, kesehatan. Ketiga, daya beli. Keempat, reformasi birokrasi dan pelayanan pemerintahan. Kelima, perbaikan infrastruktur. Keenam, perbaikan lingkungan. Ketujuh, perhatian pada pemuda dan olahraga serta pariwisata dan budaya.
Untuk merealisasikan agenda itu, Sang Gubernur mengaku tidak merasa kesulitan. “Saya asli Jawa Barat, lahir dan dibesarkan di Sukabumi. Meskipun sempat kuliah di Jakarta, tapi usai kuliah saya sempat tinggal di Depok dan Bekasi yang merupakan wilayah Jawa Barat juga,” ungkapnya.
Berbekal pengalaman sebagai anggota DPRD DKI Jakarta sejak 1999-2008, pria kelahiran Sukabumi, 19 Juni 1966 ini tak rikuh lagi dalam memimpin Jawa Barat. Apalagi, saat itu Heryawan juga sempat diamanahi sebagai wakil ketua DPRD DKI Jakarta. “Saya mulai belajar pemerintahan sejak memimpin DPRD DKI Jakarta dan ketika masuk di Jawa Barat saya sudah memahami kondisi masyarakatnya dan pengenalan saya di Jawa Barat sudah cukup baik. Sehingga ketika masuk ke pemerintahan saya tinggal memetakan persoalan,” imbuhnya.
Kini hampir tiga tahun berlalu. Agenda yang ditancapkan Sang Gubernur dulu memang belum 100% tercapai. Namun, melihat prestasi yang ia gapai dan lebih dari 90 penghargaan yang ia raih, sepertinya tidak salah kalau kita mempersilakannya untuk meneruskan agenda itu. Dalam selebaran kampanye yang dibagikan, Ahmad Heryawan berjanji akan: menggratiskan SPP SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA serta pembangunan 20 ribu ruang kelas baru. Ia juga berjanji akan memberikan beasiswa pendidikan untuk pemuda, tenaga medis, keluarga atlet berprestasi dan guru.
Di bidang ekonomi, Ahmad Heryawan akan mencetak 100 ribu wirausahawan baru, dan membuka 2 juta lapangan kerja baru. Ia juga akan merehabilitasi 100 ribu rumah rakyat miskin, membangun pusat seni dan budaya serta stadion olahraga di kabupaten/kota.
Kita berharap ini bukan sekadar janji kampanye. Namun paling tidak, harapan itu bukan sekadar harapan. Lebih dari 90 penghargaan telah diterima Ahmad Heryawan. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri dalam sambutannya mengakui, Ahmad Heryawan sebagai kepala daerah yang memiliki komitmen tinggi. “Saya tahu Ahmad Heryawan memiliki komitmen tinggi untuk memajukan jabar,” kata SBY.
Wallahul musta’an.
0 Response to "Sepenggal Sore Bersama Sang Gubernur"
Post a Comment