Saat itu Soekarno melarang seluruh musik dari Barat. The Beatles yang kala itu sangat populer di dunia, dilarang menginjakkan kaki di Indonesia. Jangankan konser, lagu-lagu The Beatles juga dilarang dinyanyikan dan diputar di radio.
"Musik ngak-ngik-ngok," kecam Soekarno kala itu.
Soekarno makin ketat melarang budaya Barat. Jangankan grup musik asing, grup musik lokal pun dilarang menyanyikan lagu 'ngak-ngik-ngok'. Jangan coba-coba main musik sembarangan, pelakunya dijerat dengan aturan subversif. Polisi dan tentara siap menangkap yang coba bandel.
Alasan Soekarno melarang musik 'ngak-ngik-ngok' itu agar pemuda Indonesia tidak dibanjiri pengaruh asing dari Barat. Soekarno tidak ingin budaya hedonis dan kebebasan dari Barat mencuci otak para pemuda Indonesia. Soekarno menilai budaya Barat tidak mendidik. Musik adalah pintu masuk budaya Barat.
Grup Band Koes Bersaudara (belakangan bernama Koes Plus), sempat dipenjara gara-gara menyanyikan lagu yang dianggap 'ngak-ngik-ngok' ini. Di dalam penjara pula Tony Koeswoyo akhirnya menciptakan lagu 'Ke Jakarta aku kan kembali'. Lagu ini populer sampai sekarang.
Bukan hanya lagu, Soekarno juga melarang pemuda Indonesia berpotongan rambut a la The Beatles. Polisi pun membawa gunting untuk mencukur plontos anak-anak muda yang berpotongan rambut seperti John Lennon Cs.
Tidak cukup soal rambut, Soekarno juga melarang pemuda bercelana ketat gaya para musisi Inggris itu. Polisi pun kembali merazia dengan senjata gunting. Caranya mudah saja. para polisi membawa botol kecap, jika ternyata botol itu tidak bisa masuk ke dalam celana, maka celana dianggap celana ketat. "Kresss!!" celana pun digunting sampai paha.
Hal 180 derajat terjadi ketika Soekarno dilengserkan dan diganti Soeharto. Sejak saat itu musik Barat, film dan segala sesuatu yang berasal dari barat membombardir Indonesia.
Kira-kira jika Soekarno masih ada, akankah beliau melarang Lady Gaga tampil di Indonesia?
ijin copy..
ReplyDelete