Film
dibuka dengan layar menampilkan gambar lautan selongsong peluru di
mana Yuri Orlov dengan mengenakan jas hitam lengkap dengan dasi,
menenteng tas di tangan kiri, berdiri membelakangi kamera dengan
angkuhnya. Kamera memutar ke depan Yuri yang kemudian berkata lugas
dengan didahului senyum :
“Ada
lebih dari 550 juta pucuk senjata api yang beredar di seluruh dunia.
Itu berarti satu senjata api untuk setiap 12 orang di planet ini. Yang
menjadi satu-satunya pertanyaan…(diseling menghisap rokok kretek)
Bagaimana kita mempersenjatai yang sebelas orang lainnya…”
Lalu
film menampilkan kisah perjalanan sebutir peluru dengan kaliber 7,62 x
39mm, dari lempengan logam kuningan, jadi selongsong, diisi dengan
kepala peluru, berjalan di atas ban dan melewati pengawasan petugas
Quality Control, masuk ke dalam peti kayu, hingga sampai ke tangan
tentara Rusia lalu entah bagaimana tiba di tangan para pemberontak kulit
hitam di Afrika, masuk ke dalam magasin 30 butir (sepertinya AK- 47
atau Avtomat Kalashnikova 1947, senjata otomatis paling favorit di
kalangan gerilyawan dengan berat 4,3 kilogram), dibidikkan ke target dan
terlontar dari laras senapan dari jarak sekitar 200 meter (jarak
efektif jangkauan AK-47 sampai dengan 300 meter) hingga tepat melesak ke
dalam otak seorang anak kecil, masuk tepat di tengah-tengah kening
antara kedua mata dan, otomatis, menghancurkan tengkoraknya. Layar film
kemudian menjadi gelap.
Dalam
hitungan detik, layar menampilkan pemandangan laut dari atas secara
ekstrem, menyorot Yuri Orlov dari jauh. Suara Yuri Orlov terdengar:
“Jangan khawatir. Aku takkan bohongi Anda untuk membuat diriku terkesan
baik. Aku Cuma bercerita pada Anda apa yang terjadi. Namaku Yuri Orlov.
Waktu aku kecil keluargaku datang ke Amerika. Tapi tidak seluruhnya.
Seperti kebanyakan orang Ukraina, kami berkumpul di Brighton Beach.
Mengingatkan kami pada Laut Hitam. Aku segera sadar bahwa kami cuma
pindah dari neraka satu ke neraka yang lain…”
Yuri
Orlov terlahir dari sebuah keluarga Ukraina non-Yahudi. Nama aslinya
pun sebenarnya bukan Yuri Orlov, namun tidak disebutkan siapa. Dia hanya
berkata, “…Ada beberapa peristiwa di abad ke-20 dimana menjadi Yahudi
adalah suatu keuntungan. Tapi di tahun 1970-an, untuk keluar dari Uni
Soviet, keluarga kami harus pura-pura menjadi Yahudi. Sejak itu dalam
hidupku kebanyakan menjadi haram...”
Yuri
memiliki seorang adik lakilaki bernama Vitaly. Mereka berdua harus
hidup dalam kepura-puraan menjadi satu keluarga Yahudi Ukraina di Little
Odessa. Bahkan keluarga tersebut hidup dengan mengandalkan sebuah
kedai kecil milik keluarga bernama Crimean yang dipenuhi dengan simbol
Bintang David, tulisan Ibrani, dan Menorah. Sang ayah disebutkan
terlalu menjiwai samarannya ini sehingga “lebih Yahudi ketimbang orang
Yahudi asli”. Bahkan lebih sering ke Sinagog ketimbang Rabi Yahudi
sekali pun. Hal tersebut membuat isterinya yang Katolik menjadi
senewen.
Suatu
hari, saat sang ayah hendak pergi ke Sinagog, Yuri diperintahkan untuk
memata-matai menu baru yang dimiliki oleh Palace, sebuah kedai makan
saingannya yang berada tepat di seberang jalan. Saat di Palace itulah
Yuri dengan mata kepala sendiri melihat bagaimana dua orang anggota
mafia dengan AK-47 tewas di tangan buruannya yang hanya bersenjatakan
revolver. Di lantai restoran tersebut berserakan banyak selongsong
peluru yang ditinggal begitu saja. Hal ini mengilhami Yuri untuk mulai
berbisnis senjata. Sambil menatap Menorah, salah satu simbol Yahudi,
Yuri memantapkan hatinya bahwa dia ditakdirkan untuk berbisnis senjata.
Hari
Sabbath (Sabtu) berikutnya, bersama sang ayah, Yuri untuk pertama
kalinya pergi ke Sinagog. “Aku ke Sinagog bukan untuk bertemu Tuhan,
tapi untuk menemui Uzi buatan Israel.” Dari Sinagoglah Yuri mulai
berdagang senjata. Awalnya menjual sepucuk Uzi 9mm made in Israel yang
memang menjadi salah satu senjata api serbu jarak dekat yang diminati
para mafioso.
Dari
Sinagog, bisnis Yuri berkembang pesat, bahkan sudah melanglang antar
benua. “Aku menjual Uzi buatan Israel kepada orang-orang Islam,”
ujarnya. “Aku menjual peluru buatan komunis untuk orang-orang fasis… Aku
bahkan mengirim kargo ke Afghanistan saat mereka melawan
saudara-saudaraku orang Soviet.” Untuk memuluskan bisnisnya, Yuri harus
menyuap para pejabat pemerintah, terutama para tentara. Sesuatu hal
yang lazim di mana pun di dunia ini.
“Pertengahan 80-an, senjata-senjataku bermain di delapan zona pertempuran dari 10 zona pertempuran paling top di seluruh dunia.”
Bisnisnya
lancar, Yuri menikahi seorang model cantik, hidup makmur, Vitaly pun
direkrut sebagai orang kepercayaan walau kemudian mati tertembak. Film
diakhiri dengan kalimat bijak yang keluar dari mulut Yuri yang berdiri
di atas tumpukan selongsong peluru, persis saat awal film : “Kau tahu
siapa yang akan mewarisi bumi ini? Pedagang senjata. Karena semua orang
yang lain sibuk saling membunuh. Itu adalah rahasia untuk bertahan
hidup. Jangan pernah berperang, terutama dengan dirimu sendiri…”
copas ato resensi sendiri? kalo copas ya sertakan sumber donk.
ReplyDelete