Sathya Sai Baba terlahir dengan nama Sathya Narayana Raju pada tanggal 23 November 1926 –oleh nama keluarga Ratnakaram merupakan seorang Guru Spiritual dari India Selatan yang kontroversial, sering disebut sebagai Avatar dan seorang yang penuh dengan mukjizat. Menurut Organisasi Sathya Sai, terhitung ada sekitar 1.200 Center Sai Baba di 167 negara di dunia—termasuk di Indonesia sendiri sudah ada yayasan Sri Sathya Sai Baba yang berlokasi Jl. Pasar Baru Selatan No. 26, Jakarta Pusat. Jumlah dari pengikut Sai Baba terhitung antara 6 sampai 100 juta orang.
Sathya Sai Baba terlahir sebagai Sathya narayana Raju dari Peddavenkappa Raju dan Easwaramma, sebuah keluarga petani miskin di daerah pedesaan di pedalaman Puttaparthi, terletak di Distrik Anantapur, Andhra Pradesh. Sejak Ia terlahir setelah Sri Sathyanarayana Puja, Ia dinamakan seperti nama Dewa yang dipuja saat itu. Dikatakan bahwa instrumen-instrumen musik di dalam rumahnya berbunyi dan memainkan musik sendiri ketika Ia dilahirkan.
Menurut Howard Murphet dalam bukunya Man of Miracles, Sathya Sai Baba mengikuti kelas sekolah dasar yang lebih tinggi tingkatnya di Bukkapatnam selama tahun ke-8. Ia mempunyai talenta yang istimewa pada seni drama, musik, puisi dan akting, menulis lagu-lagu untuk opera di desanya pada usia 8 tahun. Setelah itu Sai Baba masuk SMA di Uravakonda, berdasarkan Biografi Kasturi.
Biografi Kasturi menyebutkan beberapa keajaiban dan tanda-tanda ketuhanan dari Sathya muda. Menurut Howard Murphet, dalam bukunya Sai Baba Man of Miracles, Sathya muda adalah seorang vegetarian dan dikenal karena kebenciannya terhadap kekerasan kepada binatang dan kasih sayangnya kepada orang miskin, orang tidak mampu dan orang tua. Menurut Kasturi dan Sathya Sai Baba sendiri, Sathya muda mengkomposisi bhajan secara spontan walaupun masih dalam usia semuda 8 tahun dan sangat berbakat dalam drama, seni tari, musik dan puisi.
Dalam ceramah tahun 1963 Sai Baba menyatakan diri sebagai reinkarnasi dari Shiva dan Shakti. Dalam ceramah yang sama Sathya Sai Baba berkata bahwa Shirdi Sai Baba adalah inkarnasi dari Shakti dan mengulangi pernyataannya tahun 1976. Dalam penegasannya, biografi Kasturi atau hagiografi dari Sathya Sai Baba menyatakan bahwa Shirdi Sai Baba adalah Inkarnasi Shakti dan bahwa Prema Sai Baba adalah inkarnasi dari Shiva. (http://pwkpersis.wordpress.com).
Keajaiban–sejenis mukjizat yang mirip tapi tidak sama—adalah bagian dari kehidupan Sathya Sai Baba, dilaporkan banyak keajaiban yang telah dilakukannya seperti menyelamatkan bhaktanya yang terkena musibah, melihat masa depan, menyembuhkan orang sakit dan sebagainya. Sejak kecil ia juga memiliki kemampuan menciptakan suatu benda dari lambaian tangannya, seperti liontin, cincin, berlian, tasbih, salib, vibhuti (abu suci), yang biasanya ia hadiahkan kepada bhaktanya. Tidak hanya itu, Sai Baba dikatakan memiliki kemampuan menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang lumpuh dan buta, bahkan mampu menurunkan hujan dan mengeluarkan tepung dari tangannya. Ia juga mampu berjalan melintasi belahan bumi dalam sekejap, menciptakan patung emas, merubah besi menjadi emas, dan banyak lagi berbagai fitnah yang ditunjukkan oleh Sai Baba kepada ribuan orang, bahkan jutaan yang datang dari berbagai suku bangsa dan agama bertekuk lutut jadi pengikutnya.
Ideologi Syiah Imamiyah
Kendati aliran Syiah yang menyempal dari Agama Islam telah muncul sejak awal kedatangan Islam di abad ke-7 Masehi sedangkan Sai Baba muncul pada abad ke-20 atau memiliki perbedaan dengan durasi—kurang lebih—empat belas abad. Namun, jika dikaji dan diteliti secara seksama, maka ideologi Sai Baba memiliki kesamaan dengan ajaran dan ideologi Syiah Imamiyah, sebuah aliran yang telah difatwakan oleh MUI Jawa Timur sebagai sesat dan menyesatkan serta Surat Edaran Departemen Agama Republik Indonesia No. D/BA.01/4865/1983, Tanggal, 5 Desember 1983 dan dipertegas kemudian oleh Peraturan Gubernur (Pergub) Jatim No. 55 tahun 2012 tentang “Pembinaan Kegiatan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur”.
Dengan itu, kesesatan Syiah sudah sangat terang—laksana mentari di hari yang cerah—dan tidak perlu diperdebatkan lagi, yang mengingkarinya hanyalah orang-orang yang masuk dalam golongan sufaha—faham akan kebenaran tapi tetap menolak. Para sufaha di Indonesia tak terkecuali Makassar kian tumbuh seakan tak terbendung.
Dalam buku “Kaki Tangan Dajjal Mencengkram Indonesia” sebuah karya tulis yang dihasilkan oleh Abu Fatian Al-Adnani dan Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah tertulis dengan gamblang beberapa pemikiran dan doktrin Syiah yang sejalan dengan ideologi Sai Baba, sebagaimana berikut:
Imamah. Masalah imamah yang harus dengan tekstual, artinya imam terdahulu harus menentukan imam penggantinya secara tekstual dan langsung ditunjuk orangnya, bukan dengan bahasa isyarat. Imamah sesuatu yang sangat penting yang tak terpisahkan sebagiamana Nabi dan umatnya, serta tidak boleh dibiarkan masing-masing orang menyampaikan pendapatnya, namun harus ditentukan seseorang sebagai tempat yang menjadi rujukan.
Keserupaan ideologi ini sejalan dengan penetapan para baba di India yang mengharuskan adanya pengganti yang telah ditetapkan. Jika Syiah menetapkan melalui mekanisme penunjukan penggantinya yang sudah ada, maka ideologi Sai Baba menetapkan pengganti para baba dengan sosok yang belum muncul. Akan tetapi Sai Baba telah menjelaskan identitas tokoh yang kelak menjadi pengganti dirinya.
Ilmu. Dalam Syiah Imamiyah, setiap imam dititipi ilmu dari Nabi untuk menyempurnakan syariat Islam. Imam memiliki ilmu laduni, tidak ada perbedaan antara imam dengan Nabi, kecuali bahwa Nabi mendapat wahyu. Bagi golongan sesat ini, Nabi telah menitipkan kepada mereka rahasia-rahasia syariat Islam agar mampu memberikan penjelasan kepada manusia sesuai dengan kebutuhan zamannya.
Ideologi ini serupa dengan apa yang dibawa dan diajarkan oleh Sai Baba, di mana mereka mengklaim bahwa seorang avatar haruslah mengetahui segala-galanya baik yang bersifat ghaib maupun yang zahir (kasat mata). Sai Baba sendiri dijuluki sebagai avatar yang omniscience—mahamengetahui segalanya, persis para imam Syiah.
Keajaiban. Sebuah peristiwa yang luar biasa alias khariul lil ‘adah yang biasa terjadi pada imam yang—mirip tapi tidak sama dengan mukjizat. Jika tidak ada teks tertulis dari Imam sebelumnya, maka dalam kondisi seperti ini, penentuan Imam harus berlangsung dan berdasarkan adanya sesuatu yang luar biasa kepada calon Imam pengganti.
Perlu dicamkan, bahwa hal-hal yang terjadi di luar kebiasaan, yang sering dikatakan mukjizat, karamah atau dengan istilah apapun, jika terjadi kepada para wali setan seperti yang diklaim pengikut Syiah sebagai mukjizat jelas satol—alias salah total. Demikian pula yang terjadi pada Sai Baba yang walaupun berbentuk di luar kebiasaan—khariul lil ‘adah—semua itu merupakan talbis iblis atau tipu daya setan yang hanya bentuk manipulasi iblis agar mengecoh orang awam untuk menjadi pengikutnya.
Al-Ghaibah. Penganut Syiah meyakini bahwa zaman tidak pernah kosong dari sebuah argumentasi yang membuktikan Allah, baik secara logika maupun secara hukum. Sebagai konsekwensi logisnya, bahwa Imam yang ke-12 telah menghilang di sebuah goa—dalam rumahnya yang dinamai ghaibah sugra dan ghaibah kubra. Arti sederhanya, menghilang untuk sementara dan suatu saat akan muncul kembali.
Dalam tradisi Hindu, kehidupan para dewa yang berada di lain alam serupa dengan ideologi Al-Ghabiah ala Syiah. Manusia-manusia suci yang telah menjadi dewa di alam lain tersebut dapat dipanggil jika dibutuhkan oleh manusia di bumi. Sebagian penganut Syiah meyakini dan mengkalim dapat bertemu dengan tokoh-tokoh ghaib tertentu, sebagaimana orang Hindu yang bisa berjumpa dengan para tokoh ghaib mereka.
Raj’ah. Muncul kembali atau reingkarnasi. Para penganut Syiah Imamiyah meyakini bahwa Imam Hasan Al-Askari akan datang kembali pada akhir zaman ketika Allah mengutusnya untuk tampil. Sebab itu, setiap malam bakda Magrib mereka berdiri di depan pintu goa itu dengan menyediakan sebuah tunggangan berupa kuda hitam, dan pergi, keesokan harinya diulanginya, hingga waktu tak terbatas, sebuah kekonyolan yang hanya dimengerti oleh Syiah yang memang konyol dan sesat. Mereka berkata ketika kembali, imam itu akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana bumi sedang dibanjiri oleh kekejaman dan kezaliman. Dan ia akan melacak lawan-lawan Syiah sepanjang sejarah—termasuk penulis pastinya.
Akidah reinkarnasi ini pula menjadi ruh bagi ajaran Sai Baba. Ajaran dan pemahaman Sai Baba adalah mixing dengan ide-ide lintas ajaran dan keyakinan di Asia, mulai dari Syiah Imamiyah, Budhisme, Manaisme, Brahmanisme, serta para penganut sekte yang meyakini reinkarnasi dan pantheisme. Sebagaimana Syiah yang mengadopsi ide-idenya dari Yahudisme yang telah membawa Bahaisme, Asyurisme—hari Asyura=Ratapan—dan Babilisme. Pandangan dan anutan Syiah Imamiyah tentang Imam Ali radhiallahu ‘anhu, para Imam, dan Ahlul Bait—keluarga Nabi—juga mendapatkan titik temu dengan pendapat-pendapat Kristen tentang Yesus Kristus. Orang-orang Syiah memiliki kemiripan dengan penganut agama Kristen ketika memperingati hari-hari besar, memperbanyak gambar dan patung—termasuk gambar Nabi dan para imam—serta melakukan ritual-ritual aneh dan luar biasa lalu menyandarkannya pada imam. Wallahu A’lam!
Sumber: LPPI Makassar
0 Response to "Antara Sai Baba Dan Ideologi Syiah"
Post a Comment