[51:1] Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya (waldzaariyaati dzarwan)
[51:2] dan awan yang mengandung hujan (falhaamilaati wiqran)
[51:3] dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah (faljaariyaati yusraan)
[51:4] dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan (falmuqassimaati amran)
Arti literal kata per kata dari Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di atas adalah :
[51:1] Demi (mereka - jamak) yang menyebarkan (dan) tersebar
[51:2] dan (mereka - jamak) yang membawa beban
[51:3] dan (mereka - jamak) yang mengalir dengan mudah
[51:4] dan (mereka - jamak) yang membagi urusan
Keempat ayat di atas ketika diturunkan 15 abad yang lalu memiliki arti yang kurang dapat dimengerti secara literalnya pada saat itu, sehinga seringkali ditafsirkan dan diterjemahkan dengan angin yang menerbangkan debu sekuat-kuatnya (ayat 1), awan yang mengandung hujan (ayat 2), kapal-kapal yang berlayar (ayat 3) serta malaikat-malaikat yang membagi-bagi urusan (ayat 4). Namun sebagaimana yang telah dijelaskan di postingan-postingan sebelumnya bahwa pemilihan dan penggunaan kata adalah kekuatan Al-Qur'an. Pertanyaannya, selain dapat ditafsirkan sebagai angin, awan, kapal yang berlayar dan malaikat, arti apa lagi yang terkandung pada Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di atas ?
Jika diperhatikan lebih lanjut, awal ayat ke 2-4 di atas menggunakan konjugasi "fa" yang dapat duga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "dan". Konjugasi "fa" ini sendiri sebagai "dan" dapat berarti melanjutkan penjelasan dari kalimat sebelumnya, sehingga tidak menutup kemungkinan, ayat 1-4 di atas mendeskripsikan satu hal yang sama, dengan adanya konjugasi "fa". Lebih lanjut lagi, apakah hal yang dicoba untuk di deskripsikan oleh keempat ayat tersebut ?
Untuk menjawab hal itu, kita beralih terlebih dahulu ke 3 ayat selanjutnya yaitu Adz-Dzaariyaat ayat 7, yang terjemahan dan transliterasi dalam bahasa Indonesianya adalah sebagai berikut :
[51:7] Demi langit yang mempunyai jalan-jalan (wassamaai dzaati l-hubuk)
Arti literal ayat ke-7 di atas adalah "demi langit (wassamaa-i) yang penuh dengan (dzaati) jalinan/rajutan". Al-Hubuk secara literal berarti "rajutan" atau "jalinan benang". Dan yang menjadi subjek disini adalah samaa-i, bukan samaawaati, yang berarti al-hubuk ini ada di langit pertama atau langit dunia. Di masa sekarang, fisika kuantum telah menemukan partikel-partikel dasar atau elementary particles, yang diyakini membentuk materi dan anti materi di alam semesta. Di antara elemen-elemen dasar tersebut terdapat kelompok yang dinamakan dengan bosonic, yang terdiri dari empat jenis gauge boson (photon, gluon, Z-boson, W-boson) dan Higgs Boson. Partikel elemen tambahan yang diajukan para ilmuwan adalah graviton, yang merupakan partikel tak bermassa dari spin-2 boson. Untuk partikel yang terakhir, Higgs Boson, meskipun hipotesis keberadaannya telah diketahui sejak pertengahan abad ke-20, namun pembuktian keberadaannya secara eksperimental baru dapat dilakukan pada tahun 2012, merupakan partikel yang banyak terdapat dalam bentuk tidak stabil, yang sangat mudah meluruh menjadi elemen-elemen lain. Penemuan Higgs Boson ini yang diharapkan dapat membawa ke arah pembuktikan keberadaan dark matter (materi gelap).
Dark matter adalah suatu materi yang tidak terlihat, yang dihipotesakan sebagai materi penyumbang massa terbesar dari keseluruhan massa alam semesta. Meskipun keberadaan dark matter di luar angkasa ini tidak dapat terlihat oleh teleskop, akan tetapi telah dapat dibuktikan bahwa materi ini tidak memancarkan maupun menyerap cahaya ataupun radiasi elektromagnetik lainnya di level yang signifikan (Sumber : Trimble, V. (1987). "Existence and nature of dark matter in the universe". Annual Review of Astronomy and Astrophysics 25: 425–472. Bibcode:1987ARA&A..25..425T. doi:10.1146/annurev.aa.25.090187.002233).
Dark matter ini dipercaya menguasai 84.5% dari keseluruhan materi di alam semesta dan 26.8% dari total kepadatan energi di alam semesta (Sumber : http://www.cam.ac.uk/research/news/planck-captures-portrait-of-the-young-universe-revealing-earliest-light). Dark matter ini pula yang di anggap sebagai materi yang "merekatkan" materi-materi lain di alam semesta sehingga alam semesta menjadi dalam bentuknya yang terus mengembang seperti saat ini.
Bersama-sama dengan gaya gravitasi dan energi cahaya, dark matter membentuk jaringan kosmik alam semesta (cosmic web) yang keberadaannya telah dapat di simulasikan dengan super komputer saat ini, membentuk suatu pola peta alam semesta yang berbentuk seperti jalinan/rajutan benang, atau sebagaimana yang dikatakan di dalam Al-Qur'an sebagai al-hubuk. Di dalam ayat lain di dalam Al-Qur'an, fenomena sistem semacam ini dikatakan sebagai "tiang yang tidak terlihat" sebagaimana yang disebutkan dalam surah Luqman ayat 10 dan juga Ar-Rad ayat 2 (baca juga postingan sebelumnya : "Bumi Tercipta Lebih Dulu Daripada Langit, Sebuah Pernyataan Al-Qur'an")
[31:10] Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya ...
[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang yang kamu lihat ...
Demikian Al-Qur'an menyatakan 15 abad yang lalu, bahwa langit yang kita lihat itu penuh dengan jalinan/rajutan gaya (force) yang membentuk sistem "tiang yang tidak terlihat" (invisible pillars), wallahu 'alam.
Sistem "tiang yang tidak terlihat" ini dibentuk oleh partikel-partikel bosonic yang ada di luar angkasa, yang masing-masing partikel memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan deskripsi yang dijelaskan oleh Adz-Dzaariyaat ayat 1-4 di atas, mengenai sifat-sifat partikel bosonic yaitu :
• bersifat menyebarkan dan tersebar
• memiliki gaya (force) dan sebagian memiliki massa
• mengalir dengan mudah di alam semesta
• tiap-tiap partikel memiliki tugas dan fungsinya masing-masing : gluon (interaksi gaya kuat), z & w boson (interaksi gaya lemah), photon (elektromagnetik / cahaya), graviton (interaksi gravitasi), higgs boson (pembentuk partikel melalui peluruhan)
Kesemua sifat-sifat dari partikel bosonic ini membuat langit dipenuhi oleh jalinan rajutan kosmik sebagaimana yang disebutkan oleh 3 ayat sesudahnya yaitu Adz-Dzaariyaat ayat ke 7.
Partikel-partikel bosonic ini sebagian besar tidak dapat terlihat oleh mata telanjang, sebagaimana halnya cahaya yang terbentuk dari partikel photon, sebagian spektrumnya justru merupakan spektrum yang tidak dapat terlihat oleh mata manusia. Dan juga dengan dark matter, yang diperkirakan berasal dari higgs boson, yang berkontribusi terhadap 84.5% massa alam semesta, pun tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Itulah juga sebabnya di dalam Al-Qur'an, kata "dzulumat" dalam arti "kegelapan", di dalam semua penyebutannya di 23 tempat di dalam Al-Qur'an (Q.S 2:17, 2:19, 2:257, 2:257, 5:16, 6:1, 6:39, 6:59, 6:63, 6:97, 6:122, 13:16, 14:1, 14:5, 21:87, 24:40, 27:63, 33:43, 35:20, 39:6, 57:9, 65:11, 24:40) selalu digunakan dalam bentuk jamaknya, yang berbeda dengan penyebutan "nuur" atau cahaya.
Demikianlah bagaimana pemilihan kata di dalam Al-Qur'an mampu membuat Al-Qur'an mampu menyampaikan sesuatu yang dimengerti 15 abad yang lalu, masa dimana Al-Qur'an diturunkan dan arti tersiratnya dapat dibuktikan dan bersesuaian dengan ilmu pengetahuan di masa sekarang.
[67:3-4] (Dialah Tuhan) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.
Wallahu a'lam
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya
by Nur Imam Rahmadi Putranto
0 Response to "Jalinan Langit Dalam Pandangan Al-Qur'an "
Post a Comment