Makna Bersyukur Syukur atau dalam bahasa arab ( ﺷُﻜُﺮً
) Syukuran, Syakara, Wa Syukuran,
Wa Syakara yang berarti berterima
kasih kepada yang dalam konteks
agama Islam berarti berterima
kasih kepada-Nya (kepada Allah
SWT), sedangkan dalam Kamus bahasa
Indonesia berarti ucapan
dari perasaan senang/bahagia/melegak
an
ketika mengalami suatu kejadian yang
baik, dan kata syukur biasa digunakan
untuk berterima kasih kepada Allah
SWT. Dalam konteks istilah Syukur merupakan suatu tindakan/ucapan/ perasaan senang/bahagia/lega atas nikmat
yang telah didapatkan, atau dialami dari
Allah SWT. dari perasaan senang/bahagia/melegak
Apabila manusia mau mensyukuri akan nikmat Allah SWT., maka Allah akan menambah nikmat-Nya, dan apabila manusia itu tidak mau berterima kasih kepada nikmat-Nya, maka sesungguhnya Allah akan mencabut dan juga mengurangi nikmat dari manusia tersebut sebagai hukuman atas kekufurannya, sebab sudah ditegaskan di dalam Al-Qur'an, sebagaimana dengan firman-Nya:
Artinya : ''Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari(nikmat)-Ku, maka sesungguhnya
adzab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7).
Dari Shuhaib bin Sinan radhiallahu’anhu dia
berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
عجبًا لأمرِ المؤمنِ .
إن أمرَه كلَّه خيرٌ . وليس ذاك لأحدٍ إلا للمؤمنِ . إن أصابته سراءُ شكرَ . فكان
خيرًا له . وإن أصابته ضراءُ صبر . فكان خيرًا له
“Alangkah mengagumkan keadaan orang
yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan
ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan
bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia
akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan
besarnya keutamaan bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan
kedua sifat inilah yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah
bin Mas’ud berkata: “Iman itu terbagi menjadi dua bagian; sebagiannya (adalah)sabar dan sebagian (lainnya adalah)
syukur”[2].
Dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara
khusus hamba-hamba-Nya yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang
bisa mengambil pelajaran ketika menyaksikan tanda-tanda kemahakuasaan Allah.
Allah berfirman:
إِنَّ فِي ذَلِكَ
لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang
sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31).
Beberapa faidah penting yang dapat kita
petik dari hadits ini:
·
Imam Ibnul Qayyim berkata: “(Hadits di
atas menunjukkan bahwa) tingkatan-tingkatan iman seluruhnya (berkisar)
antara sabar dan syukur”[3].
·
Kehidupan seorang mukmin seluruhnya
bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah, baik dalam kondisi yang terlihat
membuatnya senang ataupun susah.
·
Seorang hamba yang sempurna imannya akan
selalu bersyukur kepada Allah ketika senang dan bersabar ketika susah, maka
dalam semua keadaan dia senantiasa ridha kepada Allah dalam segala ketentuan takdir-Nya, sehingga kesusahan dan musibah
yang menimpanya berubah menjadi nikmat dan anugerah baginya.
·
Orang yang tidak beriman akan selalu
berkeluh kesah dan murka ketika ditimpa musibah, sehinnga semua dosa dan
keburukan akan menimpanya, dosa di dunia karena ketidaksabaran dan
ketidakridhaannya terhadap ketentuan takdir Allah, serta di akhirat mendapat
siksa neraka.
·
Keutamaan dan kebaikan dalam semua
keadaan hanya akan diraih oleh orang-orang yang sempurna imannya[4].
·
Rukun sabar ada tiga yaitu: menahan diri
dari sikap murka terhadap segala ketentuan Allah I, menahan lisan dari keluh
kesah, dan menahan anggota badan dari perbuatan yang dilarang (Allah), seperti
menampar wajah (ketika terjadi musibah), merobek pakaian, memotong rambut dan
sebagainya[5].
·
Rukun syukur juga ada tiga:
1.
mengakui dalam hati bahwa semua nikmat
itu dari Allah Ta’ala,
2.
menyebut-nyebut semua nikmat tersebut
secara lahir (dengan memuji Allah dan memperlihatkan bekas-bekas nikmat
tersebut dalm rangkan mensyukurinya),
3.
menggunakan nikmat tersebut di jalan
yang diridhai Allah[6].
وصلى الله وسلم وبارك
على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Catatan Kaki
[1] HSR Muslim (no. 2999).
[2] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “’Uddatush shaabiriin” (hal. 88).
[3] Kitab “Thariiqul hijratain” (hal. 399).
[4] Keempat faidah di atas kami nukil dari kitab “Bahjatun naazhiriin” (1/82-83).
[5] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “al-Waabilish shayyib” (hal. 11).
[6] Ibid.
[2] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “’Uddatush shaabiriin” (hal. 88).
[3] Kitab “Thariiqul hijratain” (hal. 399).
[4] Keempat faidah di atas kami nukil dari kitab “Bahjatun naazhiriin” (1/82-83).
[5] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “al-Waabilish shayyib” (hal. 11).
[6] Ibid.
—
Demikianlah penjelasan tentang
bersyukur, semoga dengan penjelasam di atas dapat memberikan manfaat kepada
kita untuk tetap beristiqomah bersyukur dalam segala situasi dan kondisi kita. Semoga
kita tetap menjadi hamba Alllah SWT yang senantiasa mengagungkan kebesaran-NYA.
Sumber :Muslim.Or.Id
0 Response to "Tetap Beristiqomah Untuk Bersyukur Dalam Segala Situasi"
Post a Comment